Senin, 22 April 2013

DISKUSI HARI KARTINI (21 April 2013)


Wanita merupakan bagian terbesar dari komunitas masyarakat secara umum. Apabila mereka baik, niscaya masyarakat pun akan menjadi baik. sebaliknya, apabila mereka rusak, masyarakat pun akan rusak. Pakaian kain dan kebaya menghiasi setiap sudut negeri sebagai tanda peringatan jasa besar sang pahlawan wanita RA Kartini. RA Kartini adalah sosok legendaris, pendobrak kekakuan adat dan tradisi keraton yang biasa memingit wanita, menuju sebuah kebebasan memperoleh pendidikan dan mengeluarkan pendapat.


Para penyeru kebebasan wanita belakangan ini, bertambah gencar dan lancar, dengan berusaha sekuat tenaga menodai kehormatan dan kedudukan para wanita, berbagai ucapan dan slogan-sloganpun dengan entengnya keluar dari mulut mereka. Semua itu pada intinya adalah untuk menyeret wanita agar supaya mempunyai kedudukan setara dengan kaum laki-laki, agar wanita bekerja di sektor-sektor pekerjaan kaum laki-laki, agar wanita berhias secantik mungkin agar bertambah ayu, supel, feminim, menawan bagi kaum laki-laki ketika keluar dari tempat tinggalnya. Dan berbagaia seruan-seruan lainnya yang pada lahirnya terlihat manis dan menggiurkan, namun pada hakekatnya pahit dan menghancurkan.

Melalui sarana informasi yang semakin berkembang kaum wanita sangat mudah diekspose bahkan dikomersialkan. bahkan sesuatu yang dulunya sangat tabu dibicarakan, kini menjadi tontonan dan sarapan harian.

Benarlah sabda Nabi Muhammad :

“Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki
daripada fitnah kaum wanita.”

Emansipasi berasal dari bahasa latin "emancipatio" yang artinya pembebasan dari tangan kekuasaan. Di zaman Romawi dulu, membebaskan seorang anak yang belum dewasa dari kekuasaan orang tua, sama halnya dengan mengangkat hak dan derajatnya.

Dampak negative emansipai wanita dalam bidang pekerjaan, antara lain:
  1. Timbulnya pengangguran bagi kaum pria
  2. Pecahnya keharmonisan rumah tangga, sebab sang ibu lalai dengan tugas-tugas
    utamanya dalam rumah
  3. Keadaan perkembangan anak menjadi kurang terkontrol, lantaran ayah
    dan ibu sibuk bekerja di luar rumah
  4. Terjadinya percekcokkan dan perseteruan antara suami-istri. dikarenakan
    ketika suami menuntut pelayanan dari sang istri dengan sebaik-baiknya,
    si istri merasa capek dan lelah, lantaran seharian bekerja di luar
    rumah.
Pada hakekatnya, Alloh tidaklah membebani kaum wanita untuk bekerja mencari nafkah keluarga, karena itu merupakan kewajiban kaum laki-laki. Alloh berfirman:

Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan
cara yang ma’ruf (baik).
(QS. Al-Baqarah: 233)

Sebenarnya ungkapan beliau “Habis Gelap Terbitlah Terang” itu sebenarnya Kartini temukan dalam QS. Al-Baqoroh ayat 257 “…dari kegelapan (kekufuran) kepada cahaya(Islam)…”
Oleh Kartini, terjemah ayat tersebut diungkapkan dalam bahasa Belanda dengan “Door Duisternis Tot Licht”. Belakangan, Armijn Pane, sastrawan Kristen, menerjemahkan kumpulan surat-surat Kartini. Oleh dia, ungkapan itu diterjemahkan menjadi “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Kartini kemudian merumuskan arti pentingnya pendidikan untuk wanita, bukan untuk menyaingi kaum laki-laki seperti yang diyakini oleh pejuang feminisme dan emansipasi yang sesat itu, namun untuk lebih cakap menjalankan kewajibannya sebagai ibu.

Jauh sebelum barat memplokamirkan emansipasi wanita, Islam telah lebih dahulu mengangkat derajat wanita dari masa pencapakan di era jahiliah ke masa kemuliaan wanita.

Perempuan di zaman Rasulullah dan Khulafaaraasyidin mendapat kedudukan yang sama sebagaimana laki – laki, namun bukan emansipasi yang kebablasan, sehingga membuat seorang wanita melupakan tugasnya sebagai Madrasatul uula” madrasah pertama bagi anak-anaknya, wanita mempunyai peran penting dalam mencetak anak-anaknya menjadi generasi-generasi penerus.

“Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama” [Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902]


*Bahan diskusi di Asrama Putri GAPPEMBAR_ Ahad, tgl 21 April 2013

1 komentar:

  1. kesalahan dalam hal mengartikan, arti dari emansipasi wanita membuat beberapa perempuan melupakan pekerjaan yg sangat besar yang diberikan kepadanya, yaitu menjadi seorang ibu

    BalasHapus

Terimakasih telah berkunjung di Blog kami.
Silahkan komentar. Salam Blogger ^_^